‘Abdullah bin ‘Abbas
1 Napak Tilas Kehidupan Ibnu ‘Abbas
‘Abdullah bin ‘Abbas, sepupu Rasulullah. Pamannya ‘Abbas adalah salah satu orang yang sangat Rasulullah hormati dan sayangi. Ia juga mewarisi ketampanan Bani Hasyim. ‘Abdullah seorang pemuda tampan dengan paras yang elok, berpostur tegap, berwibawa dan memiliki akal dan hati yang bersih.
Dia lahir Ketika Bani Hasyim sedang dalam pemboikotan oleh kaum Quraisy. Tepatnya 3 tahun sebelum hijrah. Dan Ketika Rasulullah shalallahu’alaihiwassalam wafat umurnya masih sangat muda belia, 13 tahun.
Dialah seorang sahabat yang telah Rasulullah do’akan agar Allah mengajarinya langsung, ulama umat ini, ahli fiqih sepanjang masa dan ahli tafsir. Julukannya adalah ‘samudra’, karena keluasan dan kedalaman ilmunya yang tak bertepi
2 Kelahiran Sang Lentera Umat
Ummu Fadhl, istri ‘Abbas bin ‘Abdil Mutholib. Suatu hari Rasulullah sedang duduk-duduk di hijr ismail dan pada saat itu lewatlah Ummu Fadhl di hadapan Beliau. Dan saat itu Ummu Fadhl tengah hamil tua. Rasulullah pun memanggilnya “Wahai Ummu Fadhl”. Ia pun menjawab “labbaika ya Rasulullah”. Rasulullah berkata memberikan kabar kepadanya “tahukah engkau anak yang engkau kandung adalah laki-laki”. Ummu Fadl pun menimpali “Pastilah kau berkata seperti itu, karena seluruh kaum Quraisy bersumpah untuk tidak melahirkan anak wanita” Rasulullah pun bersabda “Tidak, apa yang aku katakan memang benar adanya, engkau akan melahirkan anak laki-laki”. Kemudian Rasulullah melanjutkan perkataanya “Jika ia lahir, bawalah dia kepadaku”. Maka benar, setelah selang beberapa waktu, akhirnya Ummu Fadhl melahirkan anak laki-laki pertamanya itu. degan segera mungkin ia membawanya ke hadapan Rasulullah. Ketika sampai, Rasulullah segera memberiya sebaik-baik nama, ‘Abdullah. Kemudian beliau mentahniknya dengan mengunyah lembut kurma, meyatukan air liurnya yang mulia kedalam bibir mungil ‘Abdullah kecil itu. setelah meyelesaikan prosesi Nabawi itu beliau memberikan bayi mungil itu Kembali kedekapan ibunya seraya berdo’a ((اذهبي به , فلتجدنَّه كيِّساً)) “Bawalah dia pergi, maka sungguh kau akan mendapatinya seorang anak yang cerdas”.
Kemudian Ummu Fadhl pulang dan memberitahukan kabar gembira ini kepada suaminya. Seketika itu pun ‘Abbas tersenyum penuh bahagia, berharap do’a sang Nabi benar-benar menjadi kenyataan.
Pesan : ‘Abdullah bin ‘Abbas terlahir dalam keluarga yang terhormat, dengan wajah yang rupawan dengan kulit putih dan postur yang tinggi. Tapi ia sadar itu semua bukanlah tolak ukur kemuliaan. Karena semua kenikmatan itu ia dapatkan secara Cuma-Cuma. Kemuliaan dan keberhasialn sesunguhnya adalah apa yang diperoleh oleh jerih keringat tangan sendiri. Oleh karena itu ia bertekad untuk menjadikan dirinya sendiri mulia dan berharga dengan ilmu yang bermanfaat. Maka jangan pernah bangga dengan kekayaan orang tua, jangan merasa tenang kalai masih manja dengan orang tua. Jadilah mulia dengan ilmu yang kau tuntut dengan jerih payah dan jadilah mandiri.
3 Kekuatan Do’a
‘Abdullah bin ‘Abbas pun mulai tumbuh, dia tumbuh mejadi anak yang tampan seperti ayahnya. Rupanya Rasulullah tidak mencukupkan dengan hanya mendo’akan kebaikan kepadanya ketika baru dilahirkan saja. Di banyak kesempatan, Rasulullah sering bertemu dengannya dan mendekatkannya ke dadanya sambil merangkulnya dan berkata “Ya Allah, ajarilah dia hikmah”. Di lain kesempatan Beliau pernah berada pada rumah salah satu dari istriya, Maimunah. Pada malam itu, Rasulullah bangun dan berniat untuk melaksanakan qiyamul lail. Kemudian ‘Abdullah bin ‘Abbas kecil tahu akan hal itu dan berniat untuk menyiapkan air wudhu untuk beliau. Ketika hal itu diketahui oleh Rasulullah beliau pun berdo’a “Ya Allah, fahamkalah ia pahala dan aarkalah kepadanya tafsir”. Pada waktu yang lain juga Rasulullah pernah berkata sambil mengelus kepada mungilnya itu dan medo’akannya agar diberi hikmah sebanyak dua kali.
Rasulullah seakan yakin bahwa anak kecil itu akan menjadi orang besar yang kontribusinya akan diperhitungkan dalam lembar sejarah.
Dan bukan hanya sekedar dengan do’a ‘Abdullah bisa menjadi ulama besar. Akan tetapi juga karena Ibnu ‘Abbas benar-benar tersihir oleh kata-kata yag selalu diulang-ulang, sehingga ia berusaha untuk merealisasikan mimpinya itu.
Pesan : Kekuatan do’a memang sangatlah dahsyat. do’a bisa menyihir ‘Abdullah kecil, seorang anak biasa, yang bercanda, tertawa dan menangis seperti anak-anak seumurnya bisa menjadi ulama terhebat sepanjang masa. Maka jangan pernah remehkan do’a-do’a yang kalian panjatkan setiap usai solat 5 waktu dan setelah tahajud. Do’akan orang tua kalian dan sampaikan cita-cita dan mimpi-mimpi kalian di masa depan.
4 Pelajar Yang Beradab
Sejak kecil ‘Abdullah telah sering melihat Rasulullah bangun malam untuk melakukan kewajibannya kepada Rabbnya, shalat malam. Padahal Rasulullah tak sekalipun menyuruh atau mengajaknya untuk bangun bersamanya. Cukup dengan contoh mulia keteladanan Rasul, bisa membuat hati ‘Abdullah yang penuh fitrah ini tergerak dan berkeinginan untuk sholat bersama Beliau. Setelah berwudhu, ia pun maju dengan penuh kepolosan dan sholat di belakang Rasulullah. Melihat ‘Abdullah ikut serta dalam shalatnya, Nabi pun memegang kedua tangan mungilnya dan menariknya sehingga menjadi sejajar dengan Rasulullah. Akan tetapi sesaat setelah itu, Ibnu ‘Abbas kembali sedikit mundur, agar tidak sejajar persisi dengan Belliau.
Beliau pun menyempurnakan sholatnya. setelah salam terakhirnya, beliau pun bertanya kepadanya “Mengapa engkau malah mundur, setelah aku membetulka posisimu?”. Ia pun menjawab dengan penuh kepolosan “Wahai Rasulullah, apakah pantas seseorang shalat sejajar denganmu? Sedangkan engkau adalah seorang utusan Allah”. Medengar jawabannya itu, Rasulullah cukup tersentak melihat keapikan adab ‘Abdullah. Kemudian Beliau mendo’akan kepadanya agar ia dianugrahkan ilmu dan kepahaman.
Pesan: (Adab) ini dia calon ulama Rabbani. Belajar adab dan sopan santun sebelum ilmu, ia sangat menjaga adabnya Bersama Rasulullah. Dan ini adalah rahasia kesuksesannya dalam meraih cita-citanya sebagai ulama yang paling top. Yaitu mengutamakan hal-hal yang dapat menjaga kesucian ilmu, keberkahannya dan manfaat yang dipanen dari ilmu itu. hal-hal itu adalah adb dalam menuntut ilmu. Apalagi di zaman yang mana ilmu pengetahuan berceceran saking banyaknya dipinggiran jalan. tujuan dari bersekolah dan belajar bukan hanya agar mendapatkan ilmu dan kaya literasi, akan tetapi agar para pengenyam bangku sekolah menjadi manusia yang beradab. Dunia ini sudah berada pada jurang kehancuran yang disebabkan oleh manusia yang biadab. Maka jadilah kalian pemimpin masa depan yang melek literasi lagi memiliki adab yang tinggi seperti ‘Abdullah bin ‘Abbas.
5 ‘Abdullah bin ‘Abbas dan ibunya termasuk kedalam golongan kaum muslimin yang lemah. Memeluk islam dan menyembunyikan keislamannya, sehingga mereka tidak bisa hijrah ke Madinah Bersama orang-orang yang hijrah. Dia berpidah dari Makkah ke Madinah setelah pembebasan kota Makkah. Ia sempat medampingi Rasulullah selama 30 bulan. Detik demi detik kehidupannya semejak bertemu dengan Rasul menjadi waktu yang sangat berharga. Ia tak pernah sia-siakan sisa hidup Rasul. Setiap ada kesempatan untuk menuntut ilmu, ‘Abdullah selalu memanfaatkannya dengan baik. Sampai Ketika Rasulullah wafat, dan usianya pada saat itu baru 13 tahun. Kematian Beliau tidak menyurutkan langkahnya untuk terus menuntut ilmu, Walaupun telah banyak kucuran ilmu kenabian yang telah ‘Abdullah ambil, tapi ia selalu saja merasa kurang dan kurang. Keinginannya untuk merealisasikan do’a Rasulullah sangatlah besar, sehingga ia pun mulai mengumpulkan ilmu-ilmu yang diwariskan Rasulullah kepada para sahabatnya. Ia pun datangi kediaman mereka untuk menanyakan hal-hal yang luput darinya, ia konsisten untuk terus membersamai para sahabat untuk memetik hadist-hadist yang sempat ia lewatkan.
Pada suatu hari ia pernah mengajak teman-teman sebayanya untuk bersama menuntut ilmu seraya berkata “Wahai teman-teman, mari kita bertanya kepada para sahabat Nabi, mumpung mereka masih banyak diantara kita”. Salah seorang dari temannya menimpalinya dan berkata “Kamu itu aneh yah, siapa juga yang akan membutuhkanmu sedangkan para sahabat masih sangat banyak di sini”. Maka tak seorang pun yang inginmengikuti langkahnya. Akan tetapi, Ibnu ‘Abbas masih tetap teguh akan pendiriannya, demi meraih cita-citanya. Ia pun pergi sambil menyambangi satu persatu sahabat Nabi. Lisannya tak henti-hentinya dari pertayaan-pertanyaannya. Akalnya tak perah berhenti untuk terus berfikir dan mencari hikmah. Sehingga ia pun sukses da menjadi ulama tertop di antara para sahabat.
Pesan : (Ibda’) Resiko kelahiran Angkatan kedua setelah sahabat-sahabat senior adalah tak bisa berlama-lama memanjakan mata dengan memandang Sang Baginda. Kesempatannya hanya sedikit, akan tetapi Ibnu ‘Abbas tak kehilangan akal. Tekad dalam dirinya berbisik “kau harus mengejar ketertinggalanmu”. Otaknya pun beputar keras mecari cara agar bisa setara, bahkan lebih hebat dari pada para senior. Idenya pun mucul agar dia mengumpulkan ilmu Rasulullah dari para murid-murid kawakannya. Walaupun idenya ditolak oleh teman-teman sejawatnya, ia pantang mundur. Ia berniat membuktikan idenya yang mujarab itu dan menjadi lebih unggul dari teman-temannya yang lain.
6 Kegigihanya Dalam Menuntut Ilmu
‘Abdullah bin ‘Abbas tak pernah sedikit pun membiarkan waktunya terbuang sia-sia, hari-harinya dipeuhi dengan faedah dan ilmu. Ia datangi rumah perumah kediaman para sahabat senior dari muhajirin ataupun anshor, seperti Ubay bin Ka’ab. Ia datangi rumahnya, setelah tahu bahwa dia sedang tidur dan beristirahat maka, ‘Abdullah pun menungguinya sampai ia pun tertidur juga karena lamanya waktu tunggunya. Dan itu pula yang dilakukan ‘Abullah bin ‘Abbas kepada sahabat-sahabat lainnya. Terkadang ia harus menggelar tikar dan bantal di teras rumahnya sampai sahabat pemilik takqwa. Tak jarang pula debu-debu padang pasir yang gersang juga ikut membuat wajahnya juga kumal”. Sebenarnya, kalau saja ‘Abdullah mau meminta para sahabat itu datang kepadanya, pastilah mereka akan memenuhi panggilannya karena kedekatanku dengan Rasulullah. Aka tetapi, ia tidak mau memberatkan mereka, apalagi untuk mendapatkan ilmu yang mulia.
Tatkala negri demi negri jatuh satu persatu dalam genggama islam. Ia justru semakin aktif dan lebih semangat dalam menuntut ilmu. Ia selalu konsisten dan istiqomah dalam bertanya kepada para sahabat tentang; peperangan Rasulullah, ayat-ayat Al Qur’an, asbabun nuzul dll.
Begitu pula ketika ia menanyakan suatu permasalahan, ia tidak hanya megambil dari satu sahabat, tapi ia megumpulkan pendapat dari 30 sahabat. Ia terus bertanya dan bertanya kemudian megasosiasikan jawaban-jawaban itu dan mendiskusikannya dengan akalnya yang berani.
Hari demi hari bergulir, pengetahuannya semakin bertambah dan bertambah, hikmah yang terkumpul pun semakin meningkat dan meningkat. Hingga di masa mudanya yang masih sangat belia ia telah mengumpulkan hikmah-hikmah orang dewasa dan kearifan para orang tua.
Ketika ia ditanya bagaimana bisa ilmu-ilmu itu berkumpul pada dirinya diusia yang masih sangat dini, ia pun menjawab
“بلسانٍ سؤول وقلبٍ عقول”
“Dengan lisan yang selalu betanya dan hati yang berakal”
Pesan : (Istiqomah) keistiqomahan telah menghantarkan jutaan manusia ke palang pintu kesuksesannya, termasuk juga Ibnu ‘Abbas. Setelah dia menyimpulkan sebuah kaidah menuntut ilmu ‘bertanya dan bepikir’. Ia selalu mempraktekannya. Lidahnya selalu basah dan mulutnya selalu berbusa karena banyak tanya. juga pikirannya berputar menggiling ide-ide hingga menjadi ilmu-ilmu baru. Mengetahui suatu ilmu lalu mengamalkannya dengan istiqomah. Itu adalah kunci keberhasilan ibnu ‘Abbas.
7 Ibadah Ibnu ‘Abbas
Semenjak kecil Ibnu ‘Abbas sudah terbiasa dengan qiyamul lail , itu semua karena kebiasaan yang Rasulullah tanamkan sejak kecil. Maka ia pun tak pernah sekalipun meninggalkan sholat malam. Bahkan walau dalam keadaan safar, ia tak pernah meninggalkannya. Ia membaca beberapa surat dalam solatnya dan selalu mentadaburi bacaannya dan mengulang-ulang ayat yang berhubungan tentang hari kiamat, hingga berlinang air matanya dan bergetar hebat tubuhnya. Suatu ketika ‘Abdullah bin ‘Abbas sedang dalam perjalanan dari Makkah-Madinah. Setiap kali dia singgah di suatu tempat untuk bermalam, ia selalu meluangkan waktu untuk solat malam. Dan pada suatu malam dia sholat dengan qiyam yang sangat lama sambil air matanya mengucur deras membasahi janggutnya. Dan tenyata ia hanya mengulang-ulang satu ayat ((وجاءت سكرة الموت بالحق ذلك ما كنت منه تحيد)) “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya, itulah yang kamu selalu lari darinya”.
Pernah suatu ketika matanya terkena sesuatu hal dan menyebabkannya buta. Lalu datang seorang tabib handal yang bisa mengobati sakitnya itu. Akan tetapi tabib itu memberi syarat kesembuhannya agar ia bisa istirahat, diam dan jangan sholat sambil berdiri dan tidak ke masjid. Mendengar syarat yang diucapkan dokter, Ibnu ‘Abbas pun berkata “Tidak. Demi Allah, walaupun hanya satu rakaat. Karena aku pernah mendengar bahwa siapa yang meninggalkan shalat secara sengaja, maka ia akan bertemu dengan Allah dalam kondisi Dia murka kepadanya”.
Pesan :
8 Menjadi ulama
Sebagaimana ‘Abdullah bin ‘Abbas yang menghabiskan hidupnya untuk duduk Bersama para ulama, menempelkan lututnya dengan lutut para ulul albab. Maka kini ia menuai hasil dari benih kerja keras yang ditanamkannya sejak dini. Usianya baru berkisar 15 tahun, akan tetapi ia sudah menjadi rujukan berbagai macam permasalahan, bahkan Amirul Mukminin sekaliber ‘Umar bin Khattab saja sering mengambil pertimbangannya dan pendapatnya. ‘Umar bin Khattab telah memberikan kepadanya kursi kosong di dalam majelis musyawarahya yag dihadiri oleh para sahabat veteran alumni perang Badar. Lantas para sahabat senior menanyakan perihal keikutsertaannya dalam majelis tingkat tinggi ini seraya berkata “Ya Amirul Mukminin, kenapa engkau hadirkan dia Bersama kita? Padahal kita juga mempunyai anak-anak yang juga sebaya dengannya”. ‘Umar pun berkata “Sesungguhnya ia mengetahui sebagai mana kalian mengetahui, nanti kalian akan tahu jawabannya”. Kemudian ‘Umar mengundangnya Bersama kibarush shhabah lainnya. Ketika semua telah menghadiri aula rapat, ‘Umar sebagai pemimpin musyawarah جbertanya kepada para sahabat senior “Apa yang kalian katakana tentang firman Allah ((إِذا جاء نصر الله والفتح)) “Apabila telah datang pertolongan dari Allah dan kemenangan”.
Maka sebagian besar sahabat menjawab “Perintah untuk memuji Allah ketika telah datang pertolongan dan keayaan”. Sebagian yang lain ada yang diam. Lalu ia mengarahkan pertanyaan yang sama kepada Ibnu ‘Abbas, seraya berkata “Bagaimana Ibnu ‘Abbas, apakah jawabanmu sama seperti mereka?” ‘Abdullah menjawab “Tidak”. ‘Umar tahu bahwa pemuda itu memiliki jawaban lain dan berkata “Lalu apa meurutmu?”. ‘Abdullah bin ‘Abbas pun menjawab “Sungguh itu adalah tanda akan dekatnya ajal Rasulullah”. Kemudian ia melanjutkan penjelasannya “Allah berfirman ‘bila datang pertolongan Allah...’ . itu adalah tanda ajalmu. Maka tertasabihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampun kepadaNya, sungguh dia maha penerima taubat”
Pesan : keberhasilan Ibnu ‘Abbas dan para ulama terdahulu itu, karena mereka memulai kerja keras sejak kecil. Ibnu ‘Abbas semenjak umurnya 10 tahun sudah bersemangat mendatangi majelis-majelis rasulullah, menghafalkan Al Qur’an dan hadist-hadist Rasulullah. Dia sangat sadar bahwa ilmu itu tidak akan datang sendiri, ia harus didatangi dengan penuh kesiapan dan antusias tinggi. Maka tidak akan mendapatkan ilmu pemalas, pemalau dan orang yang terpaksa dalam belajar.
Komentar
Posting Komentar