‘Abdullah bin Mas’ud
1. ‘Abdullah bin Mas’ud
Namanya pada masa jahiliyah adalah Ibnu Ummi ‘Abd yang dinisbatkan kepada ibunya. Dan ibunya sempat hidup pada masa kenabian dan masuk islam, sedangkan ayahnya, Mas’ud telah lama meninggal jauh sebelum kenabian.
Dia orang ke-6 pertama yang masuk Islam, seseorang yang betisnya lebih berat di timbangan akhirat dari pada gunung uhud, seorang sahabat yang mampu membacakan Al Qur’an sama seperti Ketika diturunkan, seseorang yang Rasulullah telah menyukai untuk dibacakan Al Qur’an olehnya. Dialah Al Qur’an yang berjalan di muka bumi, sumber inspiratif umat yang tak akan pernah umat merasa kenyang darinya, orang yang paling tahu tentang kapan, dimana dan asbabu nuzul nya serta tafsirannya.
‘Abdullah bin Mas’ud, seorang imam, ahli hadist, faqih dan ulama umat ini. Masuk islam pada gelombang pertama didakwahkannya, tak pernah alpha dari peperangan Bersama Rasulullah.
Pesan :
2. Kisah Masuk Islamnya
Dulunya ia hanya seorang pengembala domba milik ‘Uqbah bin Mu’ith, salah satu sesepuh pembesar Quraisy. Sejak kecil ia telah terdidik dalam amanah, ketulusan dan kejujuran, hatinya masih hidup dan selalu berusaha mencari kebenaran. Suatu hari Ketika ia tengah menggembalakan kambing-kambing milik tuannya, datang dua orang menuju ke arahnya, dan salah satu diantara yang paling apik penampilan dan berseri-seri wajahnya berkata “Wahai anak muda, apakah ada seteguk susu yang bisa kami minum?” ibnu Mas’ud menjawab dengan polosnya “Iya, tapi kambing-kambing ini bukan aku pemiliknya, aku hanya menjalankan amanah”. Lalu Rasulullah shalallahu’alaihiwasalam bertanya Kembali sambil melemparkan pandangan ke grombolan kambing-kambing itu “Apakah ada seekor kambing betina masih kecil, belum mengeluarkan susu?”. Maka pemuda pengembala domba itu segera mengambil seekor kambing betina yang masih kecil dan menyodorkannya ke arah laki-laki tadi, kemudian dia usap susunya. Ajaib. Ketika diperah kambing itu bisa mengeluarkan air susunya. Diisilah bejana dengan susu yang mengalir deras. Laki-laki itu pun meminumnya kemudian ia memberikannya kepada temannya. Setelah keduanya merasa cukup dengan susu kambing itu, dia berkata kepada kambing tadi “mengempislah”. Maka kambing itu pun tak lagi mengeluarkan air susu. Ibnu Mas’ud yang sudah sedari tadi menyaksikan kejadian aneh itu, akhirnya bertanya kepada Beliau “Siapakah engkau?”. maka Rasulullah pun menjelaskan bahwa ia adalah seorang rasul yang diutus untuk menyelamatkan kemanusiaan dari kehancuran. Setelah menjawab semua pertanyaan-pertanyaan Ibnu Mas’ud, Rasulullah dan Abu Bakar pun pergi. Ibnu Mas’ud sudah tak sabar untuk mengetahui kelanjutan penjelasan dari Rasulullah. Setelah ia mengembalikan kambing-kambingnya, ia pun segera menuju tempat Rasulullah. Ketika sampai ia pun bertanya “Ya Rasulullah, tolong ajarkanlah kepadaku tentang apa yang engkau bawa itu”. Beliau pun menimpalinya sambil memujinya “Sungguh kau adalah seorang pemuda yang terpelajar”. Dan semenjak itu ‘Abdullah bin Mas’ud pun mengucapkan syahadat dan mendengarkan dari Rasulullah 70 surat lansung dari mulut mulia Rasulullah, tak ada seorang pun yang mampu menandinginya.
Pesan : (Optimis) Ketika Rasulullah, orang yang paling Ibnu Mas’ud kagumi mengatakan kepadanya sebuah kalimat yang sangat luar biasa “kamu seorang pemuda yang terpelajar”. Setelah itu, seakan-akan kalimat ajaib itu menjadi motivasi pendorong agar bisa merealisasikannya, semua tenaga dan kekuatannya ia tujukan untuk membuktikan perkataan itu. dan akhirnya setelah perjuangan keras dan ia manfaatkan betul hari-harinya Bersama Rasulullah, ia pun menjadi seorang ulama yang paling tahu tentang Al Qur’an.
4. Orang Terdekat Rasulullah
Rahasia kedudukannya yang mulia di sisi Allah dan kedekatannya dengan Rasulullah adalah karena ia seorang hamilul Qur’an Al Qur’an yang berjalan. Dan Allah telah janjikan kepada mereka yang membawa kalamullah dalam dada mereka, akan menjadi keluarga terdekat Allah. Saking mulia dan dekatnya ‘Abdullah bin Mas’ud kepada Allah dan RasulNya, sampai-sampai Allah turunkan ayat karenanya, dan karena orang-orang semisalnya.
Di awal-awal dakwah Islam. Kebanyakan yang menentang dakwahnya adalah para pemuka Quraisy yang memiliki kedudukan di kaumnya, para orang berduit, dan memiliki kekuatan serta kekuasaan. Dan salah satu alasan kenapa mereka menolak dakwah Islam adalah karena Rasulullah mendudukan di majelisnya para budak, orang-orang miskin lagi tak memiliki kedudukan. Oleh karena itu mereka sangat gengsi dan tak sudi duduk Bersama orang-orang yang mereka pandang hina seraya berseru kepada Rasulullah “Wahai Muhammad, kami tidak akan duduk mendengarkanmu sampai kau mengusir orang-orang rendahan seperti mereka dalam majelismu”. Maka Allah turunkan sebuah ayat yang membela para pengikut RasulNya, bahwa para pengikutnya yang dari kalangan fakir miskin itulah yang justru akan berjuang, berkorban dan membela agama Allah ini
ولا تطرد الذين يدعون ربَّهم بالغداة و العشي يريدون وجهه
“Dan janganlah kau usir mereka yang senantiasa berdo’a kepada Rabb mereka pada siang dan petang hari mengharapkan kerido’an dari Allah”
Pesan : cintailah orang-orang miskin dan jangan pernah merasa kalian lebih mulia dan hebat dari mereka, sungguh mereka akan masuk ke surga lebih dulu dari kalian dan do’a-do’anya lebih Allah dengar dari pada kalian. Maka perhatianlah kepada teman-temanmu yang berasal dari keluarga menengah kebawah dan jaga kehormatan dan hati mereka, jangan kalian sakiti.
5. Badan Kecil Tapi Kuat
Orang yang melihat postur tubuh Ibnu Mas’ud pasti akan segera meremehkannya. Tubuhnya boleh kecil, akan tetapi keyakinan dan aqidahnya yang telah merasuk ke dalam pembuluh-pembuluh darahnya telah memberikan kekebalan tubuh yang sangat luar biasa, kekebalan tubuh yang sebuah gunung bisa hancur karena keteguhan aqidahnya. Suatu ketika para sahabat sedang berkumpul dan bercengkrama bersama, sampailah perbincangan mereka pada sebuah pernyataan “Demi Allah, orang-orang Quraisy itu sama sekali belum pernah mendengar bacaan Al Qur’an ini secara terang-terangan. Kira-kira adakah diantara kita yang berani melakukannya?”. Secepat hembusan angin, ia angkat tangannya dengan penuh antusias “Saya akan melakukannya”. Para sahabat pun memandanginya sekan tak percaya dan berkata “Beneran? Kami hanya khawatir akan keselamatanmu, wahai Ibnu Mas’ud. Lebih baik salah seorang diantara kita yang memiliki keluarga yang kuat yang siap menjadi dekeng, pelindung”. Ibnu Mas’ud pun kembali berkata dengan penuh keimanan dalam dada “Tepat sekali, aku adalah orang yang tepat untuk melakukannya, karena aku memiliki pelindung yang sangat kuat, Allah ada dibelakangku sebagai pelindung dan penyokongku”. Ia pun segera beranjak dari tempat duduknya, berjalan dengan langkah panjang seakan tak sabar untuk membuat telinga mereka meradang dan berang karena bacaan Al Qur’an. Setelah sampai, ia dapati orang-orang Quraisy tengah berkumpul di sekitar Ka’bah. Ibnu Mas’ud pun berdiri di sisi maqam dan berseru dengan suara lantang yang dapat terdengar oleh seluruh orang-orang Quraisy yang ada di sana”بسم الله الرحمن الرحيم” seketika seluruh mata orang-orang Quraisy tertuju kepada sumber suara yang melantunkan sebuah kalimat yang tak pernah terdengar oleh mereka. Ibnu Mas’ud pun melanjutkan dengan suara yang lebih lantang “الرحمن. علّم الٌرآن” orang-orang Quraisy betanya-tanya apa yang sedang dibaca oleh Ibnu Ummi ‘Abd ini. Hingga salah satu dari meraka mengatakan “Itu adalah perkataan yang di bawa Muhammad, dia sedang membacakan Al Qur’an! Jangan biarkan dia lolos!” . dengan sekejap, puluhan orang Quraisy mengampiri Ibnu Mas’ud dengan masing-masing dari mereka menghadiahkan bogem dan tendangan serta umpatan kotor kepada Ibnu Mas’ud. Ia terus saja membacakan bacaannya walau wajahnya terus dipukuli, badannya terpelanting kesana kemari. Setelah selesai Ibnu Mas’ud pun kembali ke hadapan para sahabat-sahabatnya dengan wajah penuh memar dan luka, dengan badan yang gontai akibat serangan orang-orang Quraisy ia menemui mereka, mereka pun berkata “Tuh kan, apa yang kami khawatirkan terjadi” ia pun kembali berkata sambil menahan rasa sakit “Ini semua bukanlah apa-apa demi menghinakan musuh-musuh Allah! Kalau kalian mau aku akan menghinakan mereka kembali, aku akan melakukannya besok hari”. Mereka berkata “Sudah, cukup, cukup. Kau telah melaksanakan tugasmu dengan hebat. Merek telah mendengar perkataan yang sangat mereka benci”.
Pesan : Begitulah kekuatan iman yang sangat dahsyat. Coba lihat, pasukan muslim yang berperang dengan berjalan kaki, mengenakan pakaian biasa, perlengkapan apa adanya, tidak memiliki pengalaman dan kemampuan berperang yang sebanding dengan pasukan-pasukan romawi da Persia. Akan tetapi mereka bisa mengungguli pasukan mereka yang lengkap, persenjataan dan tunggangan paling mutakhir dan dengan pengalaman perang beratus-ratus tahun. Semua itu karena satu, Iman. Keimanan mereka yang sangat kuat sehingga mereka lebih mencintai kematian dari pada musuh-musuh mereka yang mencintai kehidupan.
6.
Salah satu sebab kenapa keilmuannya begitu luas, adalah karena ia tidak pernah berpisah dengan Rasulullah di siang atau malam hari, mukim atau safarnya ia selalu Bersama bagai bayangan yang tak pernah lepas dari pemiliknya. Di tambah lagi ia adalah orang yang selalu membantu Rasulullah, menyiapkan siwaknya, penyedia alas duduknya, sepasang sandalnya dan air wudhu Rasulullah. Beliau pun selalu mempersilahkannya setiap waktu dan di waktu-waktu dimana orang lain tidak dipersilahkan, ia bisa masuk dan mempelajeri tindak-tanduk Rasululah, sampai=sampai Ar Rasul pernah bersabda yang artinya Kalau hijab rumahku telah aku angkat itu adalah tanda bahwa kau telah mengizinkanmu masuk kedalam rumah, tanpa harus izin terlebih dahulu seperti kebanyakan sahabat. sehingga orang-orang mengira bahwa Ibnu Mas’ud adalah salah satu bagian dari keluarganya. Maka pantaslah begitu banyak pancaran hadist-hadist Nabawi yang sampai kepada kita melalui lisannya, dan karena seringnya berinteraksi dengan Nabi, perilaku dan akhlaknya pun juga seakan-akan hasil jiplakan akhlak baginda. Begitu pula kesaksian dari Hudzaifah bin Yaman saat ditanya tentang orang yang paling mirip perilakunya dengan Rasulullah, maka ia menjawab ‘Abdullah bin Ummi ‘Abd.
Pesan : jangan remehkan pekerjaan apapun. Menyiapkan siwak, sendal dan bersih-bersih bisa saja bernilai sangat mulia, jika dilakukan fisabilillah . maka bukan masalah remeh atau hinanya suatu perkerjaan, tapi bagaimana pandangan kita terhadap pekerjaan itu. karena kita di dalam sebuah kehidupan yang setiap perbuatan pasti akan berbalas. Tidak ada yang rugi. Yang rugi hanya yang tidak mau beramal. Mager. Umat Nabi Muhammad harus bersemangat dalam setiap amalan, entah remeh atau mulia amalan itu, selama di jalan Allah semua akan menjadi mulia.
7. Kemilau Perjuangan Jihad Ibnu Mas’ud
Ia termasuk orang-orang pilihan langit untuk ikut bergabung Bersama pasukan muslim pada perang Badar, berperang Bersama para malaikat. Hari badar adalah hari pembalasan, ia bertemu dengan wajah-wajah yang tak asing lagi dalam ingatannya, wajah orang-orang yang menghalangi dakwah Islam, wajah orang-orang yang telah menghina dan menyiksanya karena termasuk orang rendahan yang memeluk agama Islam. Hari itu ia datang untuk menuntut balas akan kedholiman yang telah ditimpakan kepada ia dan kaum muslim dulu, di Makkah.
Perang pun pecah dengan dahsyat. 1000 pasukan Quraisy tak ada apa-apanya, di hadapan 312 pasukan yang mendapat pertolongan Allah. Pada saat-saat berkecambuknya perang, Rasulullah berkata “Siapakah yang bersedia membunuh Abu Jahal?”. Setelah kalimat Abu Jahal diperdengarkan kepadanya, ia pun dengan cepat mencari-cari orang itu. Abu Jahal itu ibarat rajanya Makkah, pemimpin tertinggi yang mengkompor-kompori Quraisy dalam menyiksa Nabi dan para sahabat. hingga ia mendapati anak kecil bernama Mu’adz bin ‘Afra dan dua anak Mu’awwidz tengah mengelilingi Abu Jahal. Masing-masing dari mereka menikamkan pedangnya dengan tikaman yang membuat Abu Jahal tersungkur ke tanah, hanya saja ia masih belum meregang nyawa. Ibnu Mas’ud segera menghampiri mereka, seakan tak ridho melihat mereka bersenang-senang sendirian mempecundangi musuh terbesar Allah dan RasulNya. Dilihatnya Abu Jahal yang tengah kesakitan terbaring di pasir. Ia pun duduk diatas dadanya sambil menarik kepalanya sambil memastikan wajahnya dan bertanya “Benarkah kau Abu Jahal?”. Abu Jahal pun berkata seakan meremehkannya “Bukankah kau seorang pengembala kambing itu?” Ibnu Mas’ud pun berkata “Sudah tiba waktu ajalmu, wahai musuh Allah!”. Abu Jahal Kembali berkata dan mengancamnya “Sungguh kau telah salah menduduki orang! Kau akan menyesal kalau sampai membunuhku”. Tanpa pikir panjang, ia segera memenggal kepala fir’aunnya umat Nabi Muhammad ini, kemudian ia segera membawa kepalanya ke hadapan Nabi Muhammad.
Ini sungguh keutamaan yang sangat luar biasa, Ketika ia bisa membunuh orang yang telah menghiasi lebih dari 13 tahun kehidupan Rasulullah di Makkah dengan memusuhinya dan mengnyulut api semangat memerangi Rasulullah. Maka membunuh orang sejahat dan sekeji Abu Jahal adalah bernilai pahala yang sangat besar.
Pesan : ada sebuah perkataan أن تكون ذيلا في الحقِّ خيرٌ من أن تكون رأساً ففي الباطل “Menjadi ekor dalam kebenaran lebih baik dari pada menjadi kepala dalam kejahatan”. Maka jelek, miskin, sengsaranya orang muslim itu masih lebih baik dari pada orang kafir yang kaya dan penuh gelimang nikmat. Karena akhir penghujung hidup kita adalah surga, sedangkan mereka neraka. Dan jangan pernah berkecil hati, jangan pula bersedih jika kau seorang mukmin haqiqi, karena kalian tetap lebih mulia.
8. Sang Penghafal Al Qur’an
Dialah sang penghafal Al Qur’an yang menguasai seluruh keilmuannya, memahami tafsir dan maknanya dan tak ketinggalan juga dalam hal pengamalan dan pengajaran Ibnu Mas’udlah yang nomor satu. Ia pernah berkata tentang dirinya “Demi Allah, yang tak ada tuhan yang berhak disembah dan ditaati selainNya. Tidaklah surat dari Al Qur’an ini turun kecuali aku tahu dimana ia diturunkan. Tidak ada ayat dari Al Qur’an yang turun kecuali aku tahu tentang siapa ia diturunkan. Kalau saja aku tahu ada orang selainku yang lebih tahu tentang Al Qur’an dariku maka akan aku datangi orang itu”. Kesaksiannya ini bukan karena kesombongan yang membuncah, akan tetapi memang begitu kenyataannya. Ia menyampaikannya karena ini adalah amanah. Jangan sampai para tabi’in mengambil Al Qur’an dari orang yang memiliki kapabilitas rendah, apalagi ini adalah Kalam Allah, yang memang harus diambil dari sumber-sumber terpercaya. Perkataannya itu tidak berlebihan apalagi setelah Rasulullah merekomendasikannya seraya berkata:
استقرئوا القرآن من أربعةٍ:من عبدالله بن مسعود وسالم مولى أبي حذيفة و أُبي بن كعب و معاذ بن جبل
“Bacalah dan ambillah Al Qur’an dari 4 orang : ‘Abdullah bin Mas’ud, Salim maula Abi Hudzaifah, Ubay bin Ka’ab dan Mu’adz bin Jabal”
Memang ialah orang yang pantas mendapat tazkiyah itu, karena ia telah mengambil Al Qur’an dengan langsung bertalaqi dari mulut Rasulullah.
Suatu ketika Rasulullah tengah berjalan bersama dua mentrinya; Abu Bakar dan ‘Umar bin Khattab di sekitar Madinah, ketika jalan-jalan mereka sampai pada sebuah rumah yang terdengar sebuah lantunan Al Qur’an yang sangat merdu dan murni, ternyata sang pemilik bacaan itu adalah ‘Abdullah bin Mas’ud yang tengah sholat dan membaca surat an Nisa’. Rasul pun berhenti dan menyimak sejenak bacaannya, lalu bersabda “Barangsiapa yang menginginkan bacaan Al Qur’an yang murni sebagaimana ia pertama kali diturunkan, maka ia harus membacanya kepada ‘Abdullah bin Mas’ud”.
Pesan : (Itqon) ketika ‘Abdullah bin Mas’ud telah membulatkan azzam untuk menimba ilmu langsung dari Allah, ia kerahkan semua tenaga. Ia tidak hanya mencukupkan diri dengan bisa baca dan hafal Al Qur’an saja. Ia baca, hafal kan ayat perayat, berusaha untuk selalu hadir dalam setiap ayat diturnkan agar tau tafsir dan maknanya, kemudian dia mempelajari dan merenungi maknanya yang kemudian ia akan bisa mengamalkan apa yang dia pahami. Maka jadilah ‘Abdullah bin Mas’ud Al Qur’an yang berjalan di muka bumi dengan penuh keberkahan. Maka totalitaslah, lakukan semua dengan sempurna dan teliti sehingga kau bisa menjadi rujukan dan sumber dalam suatu hal.
9.
Hari-hari terus bergulir, hingga akhirnya ‘Abdullah bin Mas’ud dan para sahabat yang lain berhijrah bersama Rasulullah ke Madinah. Suatu hari ‘Abdullah bin Mas’ud sedang berusaha memanjat pohon Arok, mengambil rantingnya untuk di jadikan siwak. Tiba-tiba saat ia berada di atas pohon, bertiuplah angin yang cukup kencang, sehingga tersingkaplah kain yang menutupi betis Ibnu Mas’ud. Sontak para sahabat menyaksikan hal itu dan pecahlah tawa diantara mereka. Rasulullah yang melihat pemandangan itu pun bertanya-tanya “Apa yang kalian tertawakan?”. Sambil menahan tawa, mereka menunjuk kepada kedua betis ‘Abdullah bin Mas’ud. Maka Rasulullah pun tak terima dengan perilaku mereka dan berkata:
والذي نفسي بيده , لهما أثقل في الميزان من أحدٍ
“Demi dzat yang jiwaku berada di tanganNya, kedua betisnya itu lebih berat dari pada gunung Uhud dalam mizan timbangan di akhirat kelak”.
Seketika itu, para sahabat bungkam dari tertawa mereka. Mereka sadar bahwa bahan candaannya itu bukanlah orang sembarangan.
Bagaimana Beliau tidak marah Ketika orang terbaiknya di jadikan bahan ejekan, apalagi Ibnu Mas’ud pernah membuat Rasulullah menangis karena bacaan Al Qur’annya yang sangat tartil dan dengan penuh penjiwaan.
Bahkan Rasulullah telah bersaksi bahwa ia termasuk ahlul iman dan takwa.
Pesan : (No Bullying) “sesunguhnya Allah tidak melihat kepada fisik dan bentuk kalian, tapi Allah melihat hati dan amal kalian”. Oleh karen itu diakhirat nanti, kita hanya ditanya tentang amal yang diperbuat lisan dan anggota badan serta kesucian hati kita. Karena ganteng, putih, harta melimpah dari orang tua itu semua bukan prestasi yang patut dibanggakan. Kalian dapatkan itu tanpa usaha dan perjuangan. Bahkan itu adalah ujian, yang dimana Nabi Yusuf siap dipenjara dan dibenci oleh saudara-saudaranya. Maka jangan pernah merasa lebih hebat dan anggap rendah seseorang karena keterbatasan fisik dan ketidak punyaan harta. Karena kita berada pada agama Allah, yang mana kekuatan, fisik, harta bukanlah tolak ukur kemuliaan. Berapa banyak seorang budak, hitam, pendek dan kurus itu lebih mulia oleh penduduk langit dan Ketika menengadahkan tangan berdo’a, Allah segera mengabulkannya. Maka berjhati-hatilah jangan sampai kita melukai dan menghina orang lain, dan orang yang kita dholimi menggunkan kesempatan itu untuk mendo’akan keburukan kepada kita.
10. Diantara Sifat Mulia Ibnu Mas’ud
Wara’ atau mawas diri sekaligus sangat berhati-hati, dan Tawadhu’ atau rendah hati, keduanya adalah sifat yang selalu menghiasi diri seorang ulama Rabbani seperti Ibnu Mas’ud.
‘Abdullah bin Mas’ud termasuk kedalam sahabat yang banyak meriwayatkan hadits Nabawi, hanya saja ia sangat berhati-hati dalam menyampaikan hadist demi hadist. Ia sangatlah takut Ketika menyampaikan hadist dan ia menambahkan satu atau dua kata yang tidak Rasul sampaikan, sehingga ia termasuk orang yang memesan tempat duduknya di dalam neraka, karena berbohong atas nama Nabi. Dan sebenarnya begitu banyak perkataan yang pernah ia dengar dari Rasulullah, hanya saja ia memilih dari hadist-hadist yang ia hafal, mana yang benar-benar ia yakin kalimat perkalimatnya itu dari Rasulullah. Setiap kali ia menyampaikan hadist kepada para tabi’in tubuhnya tak henti-hentinya bergetar ketakutan, hingga keningnya berkeringat dahsyat. Ia benar-benar sangat takut menyampaikan apa yang tidak Rasul katakan.
Sifat keduanya adalah rendah hati. Pernah suatu ketika ia berjalan dan di belakangnya terdapat beberapa orang yang terus mengikutinya. Ia pun merasa aneh dan bertanya “Apakah kalian mempunyai keperluan denganku?”. Serempak mereka menjawab “Tidak, kami hanya ingin berjalan beriringan bersama seorang sahabat Nabi yang mulia. Kemudian Ibnu Mas’ud memandangi mereka dengan tatapan marah “Hei kalian, seandainya kalian semua mengetahui tentang diriku, aib-aibku sebagai mana aku mengetahui tentang diriku yang asli, niscaya kalian akan melempari kepalaku dengan pasir dan tak akan pernah sudi berjalan berdekatan denganku!”
Pesan : (Muraqobah) Ibnu Mas’ud sangat menjaga perkataannya dari berbohong atas nama Rasul, padahal hafalan Ibnu Mas’ud itu dijamin kuat, tapi karena masih ragu dan tidak yakin100%, ia memilih tidak menyampaikan hadist itu. Setiap kalimat yang terucap akan selalu ada dua malaikat yang tak pernah luput untuk mencatatnya, maka pikir dulu sebelum berucap, pikir dulu sebelum berbuat. Apakah yang akan aku katakan dan lakukan bermanfaat? Berbuah pahala? Atau hanya kebohongan, cuman agar mereka tertawa, sekedar untuk melukai perasaan orang lain atau hanya ingin dibilang keren dan hebat oleh orang lain.
11. Dakwahnya Di Tanah Iraq
Rasulullah telah meninggal dunia. Umat Islam saat itu seakan-akan domba yang kehilangan indungnya. Bingung, sedih dan kalut. Terutama bagi ‘Abdullah bin Mas’ud, itu adalah sebuah tamparan keras, seakan-akan ada lubang besar pada hari-harinya. Ia sangat sedih kehilangan sang Nabi, pendidik sekaligus orang yang paling dekat dengannya, akan tetapi ia tidak berlarut-larut dalam kesedihan, ia sadar bahwa kini tugas besar menyampaikan amanah dakwah ini ada di tangan murid-murid didikan Rasulullah. Maka Ketika Amirulmukminin ‘Umar bin Khattab mengutusnya sebagai da’I dan pengajar di kota kufah, dengan antusias dia memenuhi panggilan itu. dikirimkanlah bersamanya Ammar bin Yasir sebagai waliyul amr dan ia sebagai penguat dan pendidik. ‘Umar sangat paham bahwa kota yang sangat tidak stabil seperti Kufah sangat butuh seorang da’I seperti ‘Abdullah bin Mas’ud.
Ternyata benar apa yang ‘Umar prediksi, setelah kedatangan Ibnu Mas’ud benar-benar terjadi perubahan total pada kota Kufah. Masyarakat Kufah pun yang dulunya para tukang pembuat onar dan begitu banyak fitnah terjadi di dalamnya, kini menjadi kota ilmu yang menjadi trend bagi setiap pelajar untuk mendatanginya. Penduduk Kufah pun sangat mencintai dan menghormatinya.
Suatu Ketika ‘Umar sedang menziarahi kota Kufah, didapatinyalah Ibnu Mas’ud dan di sekelilingnya orang-orang sedang mengerubunginya, sangking banyaknya ‘Abdullah bin Mas’ud yang pendek tak terlihat, ia pun mendekat dan mendekat hingga akhirnya ia melihat Ibnu Mas’ud diantara mereka, lantas ‘Umar pun tertawa saat menemukannya. Kemudian ia pun berbicara dengannya dengan wajah yang berbinar, sesekali ‘Umar juga mencandainya. Sampai setelah usai pembicaraan, Ibnu Mas’ud pun pergi. Dari kejauhan ‘Umar terus memandanginya sambil tersenyum dan berkata
كنيف ملئ علماً
"Dialah bejana yang terisi penuh ilmu dan pemahaman”.
Pesan : Dakwah dan menyampaikan ilmu adalah tujuan dari semua yang kita lakukan disini. Kita pergi untuk kembali. Menjauh dari hiruk-pikuk dunia untuk membawa perubahan. Maka jangan pernah mengecewakan orang-orang yang tengah menunggu kalian, jangan sampai kalian pulang, akan tetapi tak ada manfaat yang mereka rasakan dari kita, kita masih tetap sama. Dan sebaik-baiknya manfaat yang kita berikan kepada orang lain adalah ilmu yang bermanfaat. Maka ambillah ilmu sebanyak mungkin.
12. Mutiara Hikmah Dari Lisannya
Ia, ‘Abdullah bin Mas’ud pernah berkata “Sesungguhnya hati itu mempunyai dua sisi; semangat dan kemalasan, kesungguhan dan penolakkan. Maka, manfaatkanlah dan maksimalkanlah sebaik mungkin saat sedang semangat dan sungguh-sungguhnya, dan bila mana kemalasan dan penolakan datang jangan turuti, kalaupun kalian turuti kalian hanya akan turun sedikit dari derajat semangat kalian”. Maka apabila ketika semangat itu datang dan kalian justru tidak memanfaatkannya, biasa-biasa saja. Maka ketaantan kalian akan anjlog dan bahkan akan terjerumus kedalam kemaksiatan.
Dia juga pernah berkata “Siapa saja yang mampu membuat membuat rekening dan menyimpan harta-hartanya di langit sehingga tidak dimakan rayap dan tidak tercium pencuri, hendaklah ia melakukannya, karena hati seseorang itu bersama hartanya yang disimpan.
Ibnu Mas’ud juga pernah berwasiat “janganlah kalian menjadi seperti bunglon” orang-orang yang mendengarnya pun bertanya-tanya “Apa maksudmu wahai Ibnu Mas’ud?” ia pun menimpali “Iya bunglon, selalu mengikuti keadaan sekitarnya, jika sekitarnya sedang trend keislaman ia ikut-ikutan, dan bila disekitarnya ada trend kemaksiatan dan kekufuran ia juga ikut-ikutan. Maka latih dan tempalah diri kalian agar bisa bertahan disaat datang musim-musim kekufuran”
Pesan : (Proaktif) orang yang paing proaktif adalah para sahabat Nabi, kekuatan dan tekanan mengungkung mereka, mereka bukan hanya menyelisihi orang-orang disekitarnya, bahkan orang-orang memusuhi mereka. Akan tetapi mereka masih tetap eksis dengan keyakinan mereka. Maka jangan biarkan orang lain membuat kalian gagal sukses, jangan biarkan orang lain membuat kalian malas. Hidup kalian adalah di tangan kalian, jika kalian gagal dan terlewatkan berbagai kesempatan itu semua kesalahan kalian bukan orang lain.
13. Perpisahan
Kini ia berada di penghujung kehidupannya yang penuh dengan keilmuan, perjuangan dan pengorbanan. ditengah pembaringannya pikirannya menerawang jauh ke masa-masa dulu. Saat dirinya hanya seorang pengembala yang tak berharga lagi hina, kemudian ia menyaksikan sebuah mukjizat yang membelalak mata, keluarnya air susu dari kambing yang masih sangat muda. Kemudian ia mengikuti petunjuknya, dan kini ia telah merasakan mukjizat yang jauuh sangat besar. Mukjizat yang telah mengubah dirinya yang lemah dan hina, menjadi seorang yang sangat mulia harum namanya dan memiliki andil yang besar dalam menyampaikan risalah Nabinya. Mukjizat yang dapat merevolusi mental siapa saja yang menggenggamnya. Mukjizat Al Qur’an.
Saat penyakitnya semakin parah, ‘Utsman datang menjenguknya, lalu berkata “Apa yang engkau keluhkan?”. Ia menjawab “Dosa-dosaku yang sangat banyak”
“Apa yang kau inginkan?”
“Rahmat Rabbku”
“Bagaimana kalau aku panggilkan seorang thabib?”
“Thabib hanya menambahku sakit”
“Bagaimana bila aku memberikan harta kepadamu?”
“Aku tidak memerlukannya”.
Tak lama berselang dari penjengukan ‘Utsman, ‘Abdullah bin Mas’ud pun meninggalkan dunia di Madinah dan di kuburkan di kuburan Baqi’.
Pesan : (Istiqomah) Padahal ‘Abdullah bin Mas’ud pada saat itu dalam keadaan sakaratul maut, sebuah kesakitan yang amat sangat, tak ada rasa sakit yang menandingi keperihan tercabutnya nyawa dari jasad, dan itu adalah awal dari kesakitan dan kengerian hari akhirat. Dan kebanyakan orang pada saat itu, hanya akan memikirkan hal yang sudah mengakar pada otak bawah sadarnya. Seperti Rasulullah yang selalu memikirkan keadaan kita sehingga masih menyebut nama kita di penghujung hidupnya. Begitu juga dengan Ibnu Mas’ud yang telah mengisi hidupnya dengan amal sholeh dan berjuang di jalan Allah, maka kalimat seperti itu pulalah yang keluar dari mulutnya. Untuk mendapat khusnul khatimah sungguh bukan perkara yang mudah. Tidak ada yang menjamin, bisa khusnul khatimah dan mengucapkan syahadat menjelang kematiannya. Hanya orang yang telah benar-benar menghabiskan hidupnya untuk beribadah, berjuang dan berkorban untuk Allah, RasulNya dan agamanya saja yang bisa mendapatkan khusnul khatimah.
Komentar
Posting Komentar