‘Abdurrahman bin ‘Auf
1. Inilah ‘Abdurrahman bin ‘Auf
Pada masa kelam jahiliyah Namanya adalah ‘Abdu ‘Amr bin ‘Auf, akan tetapi setelah fajar Islam menyingsih Rasulullah mengganti Namanya dengan sebuah nama yang mulia dan sangat dicintai oleh sang Maha Pencipta yaitu ‘Abdurrahman. Ayah beliau telah meninggal sejak lama sebelum datangnya dakwah Islam. sedangkan ibunya Asy Syifa’ bintu ‘Auf sempat merasakan cipratan kebeningan Islam dan meneguk kesegarannya. ibunya itu sangat terkenal dengan orang mempunyai hobi memerdekakan budak, sampai-sampai Ketika ibunya telah berpulang ke rahmatullah ‘Abdurrahman ingin mengirimkan hadiah kepadanya dengan memerdekakan budak atas nama ibunya, ia pun lantas meminta izin kepada Rasulullah dan Baginda pun membolehkannya.
Kunyahnya adalah Abu Muhammad. Dia lahir 10 tahun sebelum tahun gajah. Ia tumbuh menjadi pemuda yang rajin, ulet dan juga dermawan dilingkungan bani Zuhrah.
Kabar keberadaannya di Jannah telah disegerakan oleh Allah, dia termasuk 8 orang pertama yang masuk Islam di bawah naungan tangan Abu Bakr dan salah satu dari 6 orang yang dipilih ‘Umar sebagai ashabusy syura’ untuk menentukan siapa yang akan menjadi penggantinya.
2. Garansi Dari Allah
Ketika keberadaan muslimin di Makkah semakin tertekan dan terdesak, Rasulullah pun mewajibkan kepada para sahabat untuk berhijrah. Dan ‘Abdurrahman bin ‘Auf adalah termasuk kedalam mereka yang dengan segera menyambut perintah Rasulullah. Hijrah pertama ia berangkat menuju Habasyah Bersama rombongan ‘Utsman bin ‘Affan. Kemudian ia pulang sebelum sempat ada perintah untuk berhijrah ke Madinah. ‘Abdurrahman bin ‘Auf adalah seorang miyarder di Makkah karena kepandaian berdagangnya yang sejak dulu selalu ia latih. Itulah sebab begitu banyak harta-hartanya yang tersebar di penjuru Makkah, akan tetapi demi lancarnya misi hijrahnya, ia tinggalkan semua yang ia miliki tanpa terkecuali dan yang ia bawa dari kekayaannya hanya sehelai pakaian yang melekat pada tubuhnya saat perintah hijrah itu turun. karena pasti akan sangat sulit membawa semua harta itu dan Quraisy dengan mudah akan memergokinya ia pun berhijrah Bersama orang-orang yang berhijrah. Maka ia ikhlaskan itu semua demi mendapat ridho Allah dan RasulNya. Setelah sampai di Madinah ia tak mempunyai apa-apa. Banyak orang yang menawarkan kepadanya tempat tinggal, harta dll. Akan tetapi ia sangat tidak mau untuk memberatkan orang lain. Sifat tawakkal yang dimilikinya membuatnya tak mau berpangku tangan dan bersandar kepada selain Allah. Maka tanpa butuh waktu lama Allah gantikan kekayaan yang pernah ia tinggalkan di Makkah dengan kekayaan yang jauh lebih banyak berkali-kali lipat di Madinah melalui pintu perdagangan yang diberkahi Allah.
Pesan : (Ikhlas) Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, Allah akan menggantikannya dengan sesuatu yang jauh lebih baik. Seperti apa yang terjadi dengan ‘Abdurrahman. Maka jangan pernah takut untuk meninggalkan kenikmatan di masa jahiliyah kita sebelum kita bertaubat. Ikhlaskan itu semua berlalu dan insyaAllah kalian akan mendapatkan ganti yang leblih baik.
3. ‘Iffah kesucian diri
Masih di awal-awal hari kehijrahan para muhajirin. ‘Abdurrahman ikut serta Bersama Rasulullah yang terjun langsung berkotor-kotor dan berpeluh keringat dalam pembangunan Masjid Nabawi. Pada saat kaum muslimin sedang dalam proses membangun masjid, Rasulullah mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar. Maka dipersaudarakanlah ‘Abdurrahman bin ‘Auf denga Sa’ad bin Rabi’. Sa’ad bin Rabi’ adalah salah satu pemuka kaum Anshar yang kaya raya. Madinah sangat terkenal dengan perkebunan kurmanya dan seringkali Madinah mengekspor kurma-kurmanya ke berbagai kota dan negri. Begitu banyak perkebunan kurma di Madinah dan setengah dari perkebunan kota ini adalah kepunyaan Sa’ad. Dan karena persaudaraan Islam ini, Sa’ad segera menawari saudara seimannya ‘Abdurrahman setengah dari semua apa yang ia miliki. Sa’ad punya kebun, ia rela membaginya setengah, ia punya harta dan investasi, ia juga rela memberikan setengahnya, bahkan dua istri yang ia punya, ia rela untuk menceraikan salah satu dari keduanya lalu menikahkannya dengan ‘Abdurrahman. Lihat berapa besar bobot keimanannya sehingga ia bisa merelakan setengah apa yang ia miliki untuk seseorang yang bukan saudara kandungnya dan juga baru saja dipersaudarakan. Akan tetapi ‘Abdurrahman adalah seorang yang mempunyai kesucian jiwa yang tak pernah mau untuk membebani dan menjadi benalu bagi orang lain. ‘Abdurrahman bin ‘Auf yang melihat betapa gigih niat baik Sa’ad hanya tersenyum dan berkata “Semoga Allah memberkahi harta-hartamu dan keluargamu, aku akan sangat berterima kasih kepadamu apabila kau tunjukan kepadaku jalan menuju pasar”. Maka ditunjukkanlah pasar. Dengan lihai dia memulai usahanya kecil-kecilan tanpa modal seperak pun, cukup baginya yang dinamakan modal adalah kepercayaan orang lain. Ia pun berdagang dan berdagang sampai Allah membukakan pintu-pintu rezeki dan mengucurkan hujan rezeki yang penuh dengan keberkahan.
Pesan : (Ksatria) Sifat tidak mau merepotkan orang lain seperti yang dimiliki oleh ‘Abdurrahman itu dinamakan ‘iffah, dan itu adalah salah satu dari sifat orang yang berjiwa kestria. Ia tidak mau merendahkan dirinya dengan meminta-minta, walaupun sebenarnya di perbolehkan olehnya untuk melakukan itu karena memang ia tidak mempunyai apapun selain baju yang ia kenakan. Dan sifat ini pula lah yang dimiliki oleh ulama robbani dari kalangan salaf dahulu. Mereka berilmu dan memiliki penghasilan sendiri, tidak tergantung dengan pemerintah. Sehingga Ketika ingin menasehati dan mengkritik pemerintah yang melenceng, mereka tak segan-segan melakukannya tanpa takut gajinya diambil. Jadilah kalian ulama robbani yang memiliki sifat ‘iffah seperti ‘Abdurrahman bin ‘Auf.
4. Pesaing Raksasa Ekonomi Yahudi
Ketika melihat pasar didepan mata, otaknya langsung berputar, memandangi sudut-sudut pasar, mencari-cari apa yang bisa ia jadikan peluang dagang. Ia mendapati ada sebuah kios menjual cangkul-cangkul yang tak banyak orang meliriknya, karena mungkin letaknya tidak strategis. Ia hampiri penjualnya dan ia menawarkan diri untuk menjualkan beberapa cangkul itu. Dibawalah cangkul-cangkul berkeliling ke seluruh penjuru pasar. Di hari pertama cangkul-cangkul itu laku terjual. Ia lakukan hal yang sama pada hari-hari selanjutnya. Hingga Ketika genap satu bulan ia telah bisa membeli kios sendiri dengan hasil uang yang ia kumpulkan. Otak perniagaannya tak berhenti sampai di sini. Ia perhatikan ada 7 pasar yang ada di daerah Madinah dan pasar yang paling besar adalah pasar milik orang-orang Yahudi bani Qainuqa’ yang sekarang ini ia berdagang di dalamnya. Sudah semenjak dahulu orang Yahudi selalu menguasai pasar dan perdagangan. Di samping itu pula pasar-pasar itu sudah terlalu penuh dan susah bagi para pendatang baru untuk bisa mendirikan kios di dalamnya karena harga yang mahal dan persaingan yang ketat. Disaat otaknya berfikir keras untuk mengeluarkan ide cemerlangnya, ia melihat tidak jauh dari pasar bani Qainuqa’ terdapat sebuah lahan luas yang kurang terawat. ‘Abdurrahman menawarkan kepada pemiliknya untuk bisa memanfaatkan lahan kosong itu. setelah pemiliknya menyetujuinya, ‘Abdurrahman pun segera membersihkan tanah dan menyulapnya sebagai pasar baru dengan tanah yang telah dipetak-petakan. Untuk menarik para investor ia menawarkan siapa saja yang ingin menggunakannya, ia bisa menggunakannya dengan cuma-cuma, akan tetapi bila ingin tetap membayar, ia bisa membayar sekenanya tanpa patokan harga. Di pasar baru inilah ‘Abdurrahman mengenalkan sistem perniagaan Islami kepada orang-orang, tanpa ada riba ataupun kecurangan. Yang merasakan keuntungan dari pasar Islam dan merasakan perbedaan yang signifikan dari pasar-pasar yang lain bukan hanya masyarakat dan para pedagang kecil, bahkan para investor yang datang dari luar Jazirah Arab, dan pada pedagang Nasrani juga merasakan keuntungan dan keadilan yang sama. Hal itu membuat pamor dan keuntungan pasar islami ini melejit naik mengungguli pasar-pasar yang lain tak terkecuali pasar terbesar milik Yahudi itu. Dan dalam kurun waktu 2 tahun pasar Yahudi itu bangkrut, kalah saing oleh pasar Islam.
Pesan: (Ibda’) ‘Abdurrahman bi ‘Auf dan umat Islam ketika dihadapkan dengan raksasa perekonomian Yahudi yang sudah lama mapan, tidak malah memerintahkan untuk memboikot dan tidak membeli dari pasar-pasar mereka, tapi yang ia lakukan adalah menyiapkan dan melawan perekonomian mereka dengan lawan yang sama dan di medan yang sama. Dia membuat tandingan pasar Yahudi. Dan tentunya ia membawa sesuatu yang berbeda dan inovasi yang baru yaitu system perekonomian islam yang belum orang-orang kenali dan yang lebih berkeadilan lagi menguntungkan. Jadilah kalian seperti ‘Abdurrahman bin ‘Auf yang mengambil dari celah-celah kelemahan umat Islam sebuah terobosan dan inovasi baru yang dapat menjadikan umat Islam saingan yang patut diperhitungkan
5. ‘Abdurrahman di medan jihad
Dari sekian banyak peperangan yang ia ikuti peperangan yang paling menonjol yang pernah ia hadiri adalah pada perang Uhud. Di saat perang mulai memasuki putaran yang kedua di mana pasukan musyrikin mulai mengungguli dan membalikan keadaan. Semua mata tertuju pada satu titik, semua serangan menyarang pada satu orang, ribuan orang-orang musyrik mengarah dengan beringas menginginkan darah Nabi kita yang sangat kita cintai ini. Walaupun para sahabat telah berjuang, menyodorkan jiwa dan raganya untuk keselamatan Baginda Nabi akan tetapi tetap masih ada serangan yang bisa lolos, seperti lemparan batu yang mengenai pelindung kepala Nabi yang menyebabkan besi pelindungnya menancap di pipi mulia beliau, dan pulukan dengan pedang pada bagian kepala dan punggung Beliau. Walaupun serangan pada punggung Nabi sempat terhalang baju besinya akan tetapi pukulan yang sangat telak itu mampu mengoyak baju pelindungnya dan melukai punggung Nabi. Maka sebagian dari pedangi itu menancap pada baju besi dan punggungnya. ‘Abdurrahman yang melihat itu tanpa pikir panjang segera menolong Rasulullah dan berusaha menarik pedang itu dengan tangannya, akan tetapi tarikan yang kuat dan keras pasti akan menyakiti Beliau, oleh karena itu ia mencabut pedang itu secara perlahan dengan gigi-giginya dan bantuan dari tangannya. Hal itu membuat sebagian dari gigi ‘Abdurrahman tanggal.
Pesan : (Adab) lihat betapa tinggi adab ‘Abdurrahman kepada sang guru, Rasulullah. Bahkan hanya demi berperilaku lemah lembut dan menjaga adab kepada Nabi, ia siap korbankan gigi-giginya. Inilah yang menjadikan ilmu dan hartanya bermanfaat dan berkah. Jika kalian ingin menjadi pedagang, jadilah pedagang yang beradab. Jika kalian ingin menjadi ulama, jadilah ulama yang beradab, jika kalian ingin menjadi pemimpin, jadilah pemimpin yang beradab. Karena sumber dari kerusakan di dunia ini karena manusia yang tak tahu adab, mereka mengaku memiliki peradaban yang maju, tapi sesungguhnya mereka sedang menjadi manusia yang biadab.
6. Menyedekahkan Yang Terbaik Yang Paling Dicinta
Seperti yang telah kita ketahui bahwa ia tak pernah absen dari peperangan Bersama Rasulullah. Dan yang menjadi ciri khas ‘Abdurrahman bin ‘Auf pada setiap peperangan adalah ia selalu membarengi antara pengorbanan dengan jiwa-raga dan harta.
Pada setiap peperangan ia tak pernah tanggung-tanggung dalam menyumbangkan harta. Salah satu contohnya pada perang Tabuk, ia keluarkan 20 uqiyah emas, 40.000 dinar, 500 ekor kuda dan 1.500 ekor unta ia bawa semua hartanya ke Masjid Nabawi. Begitu juga para sahabat lainnya, seperti Abu Bakr, ‘Umar dan ‘Utsman. Dan harta yang dibawa ‘Abdurrahman lebih banyak dari harta yang dibawa Abu Bakr padahal ia membawa seluruh hartanya. ‘Umar yang setengah kaget melihat sekitar Masjid yang dipenuhi oleh unta dan kuda milik ‘Abdurrahman, ia pun berbisik kepada Rasulullah “Ya Rasulullah, kayaknya ‘Abdurrahman tidak meninggalkan sepeser pun harta untuk keluarganya” mendengar pernyataan itu, Beliau bertanya kepada ‘Abdurrahman “Wahai ‘Abdurrahman, apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu?” ‘Abdurrahman pun menjawab dengan nada enteng “Ya Rasulullah, apa yang aku tinggalkan untuk keluargaku dirumah jauuh lebih baik dari ini” ia pun melanjutkan “Aku telah meninggalkan untuk mereka sama seperti apa yang aku bawa, hanya saja ada tambahan yang menjadikannya lebih baik. Yaitu janji Allah dan keberkahan pada sisa harta itu”. Mendengar ucapan ‘Abdurrahman Rasulullah kemudian mendo’akannya dan berkata “Semoga Allah memberkahimu di hartamu”
Apalagi setelah ayat ini merasuk dan menyatu dalam sanubari ‘Abdurrahman
((لن تنال البرَّ حتّى تنفقوا ممَّا تحبّون , وما تنفقوا من شيءٍ فإنّ الله به عليم))
“Kalian tidak akan pernah menuai kebaikan sampai kalian mau menginfakan sesuatu yang paling kalian cintai”
Maka hanya harta-harta terbaik dan yang paling banyak menyita ruang harinyalah yang berani ‘Abdurrahman infakkan dan ia bawa kemedan jihad.
Dan ‘Abdurrahman benar-benar mengamalkan ayat itu. Setiap kali ia membeli makanan yang sangat ia sukai, ia tak lantas memakannya sampai ia memberi orang-orang miskin dari makanan favoritnya itu, baru ia mau memakannya. Dan begitu juga dengan barang-barangnya yang lain.
Pesan : setiap muslim haruslah mencintai Allah dan Rasulnya melebihi segala sesuatu yang ada di muka bumi ini. Dan salah satu cara pembuktian cinta itu adalah dengan mempersembahkan kepada kepada Allah dan RasulNya apa yang paling dicinta. Dan hal itu berbeda-beda dari satu orang ke orang yang lain. Khususnya bagi para pemuda, sesuatu yang paling berharga dan paling dicinta oleh mereka adalah masa muda mereka. Jadi para pemuda yang memberikan waktu kosongnya untuk beribadah dan menuntut ilmu seperti kalian adalah termasuk golongan yang mendapatkan kebaikan yang tertera di ayat ini. di saat kebanyakan pemuda menghabiskan waktunya untuk bermain dan bersenang senang.
7. Rahasia Kekayaannya
Banyak orang berpikir bahwa cara menjadi kaya raya adalah dengan mengambil untung sebanyak-banyaknya atau menabung dan berinvestasi, akan tetapi berbeda dengan cara yang di tempuh ‘Abdurrahman bin ‘Auf sehingga ia bisa menjadi milyalder yang sangking banyaknya kekayaannya sampai-sampai ia bingung bagaimana cara agar bisa menghabiskannya. Ia tak pernah mempunyai ambisi untuk menyimpan banyak harta. Cara yang ia lakukan hanya dengan bersedekah. Dan cara para sahabat bersedekah itu tidak seperti yang kita banyangkan, seperti menunggu ada pengemis yang mampir ke rumah atau bertemu dengan orang yang membutuhkan. Merekalah justru yang mencari-cari orang yang pantas untuk mendapatkan santunan, mereka mencari dan mendatangi para orang miskin papa. Dan setiap ada orang yang datang meminta sedekah tak pernah ia menolak, ada orang yang datang memintanya agar melunasi semua hutang-hutangnya, ‘Abdurrahman segera lunasi semua hutangnya. Pernah pada suatu ketika ‘Abdurrahman membeli sebuah kafilah yang terdiri dari ribuan onta-onta yang dipenuhi dengan barang-barang yang menggantung padanya. Kafilah itu pun masuk dan membuat jalan-jalan di Madinah macet. Setelah onta-onta itu memadati jalan kota, ia segera menyuruh para pelayannya agar mengumumkan kepada seluruh warga kota bahwa barang siapa yang menginginkan barang-barang itu atau membutuhkannya, maka ambillah. Sontak seluruh penduduk Madinah datang dan mengambil apa yang mereka mau, seakan-akan itu adalah harta milik mereka. Dan perilaku ‘Abdurrahman ini bukan sekali dua kali, tapi kegiatan bersodaqoh ini adalah kegiatan rutinnya setiap hari. Begitu banyak hal-hal yang menakjubkan tentang kisah shodaqohnya yang akanmembuat kita terheran-heran. Seperti aktivitas harian membebaskan 31 budak, membagi-bagikan dinar di jalan-jalan sampai menanggung jaminan hidup istri-istri Nabi setelah Beliau wafat.
Pesan : (Istiqomah) Sesuatu yang ajaib memang, ‘Abdurrahman bin ‘Auf berinfak dengan jumlah yang sangat besar dan itu ia lakukan setiap hari. Ia jadikan bershodaqoh adalah kegiatan harian. Ini adalah kunci dari keberhasilannya. Istiqomah. Dan untuk bisa mencapai kedermawanan ‘Abdurrahman bin ‘Auf tidaklah serta-merta Ketika menjadi kaya bisa berinfak dengan harta sebanyak itu. itu semua butuh pembiasaan semenjak kecil atau semenjak belum kaya. Sisihkan 5 % dari uang jajan bulanan atau Sebagian dari kiriman makanan, sedekahkan itu untuk berlatih menjadi ‘Abdurrahman bin ‘Auf di zaman milenial ini .
8. Pantas Tapi Tidak Mau
Pada saat-saat akhir pemerintahan ‘Umar, ia sudah merasakan kematiannya sudah sangat dekat, perawatan dan pengobatan pada lubang di perutnya akibat tikaman Abu Lu’lu Al Majusi ternyata tak bisa memulihkan keadaannya 100% ,itu hanya bisa memperlambat ajalnya saja. Ia pun segera mengumpulkan 6 orang-orang yang tersisa dari 10 para sahabat yang telah Rasulullah yang segerakan kabar gembiranya di dunia, ‘Abdurrahman bin ‘Auf adalah salah satu dari mereka. Amirul mukminin ‘Umar bin Khattab berkata kepadanya sambil sedikit-sedikit menahan sakit “Cepatlah kalian masuk dan kau, ‘Abdurrahman adalah pemimpin musyawarah. Janganlah kalian keluar kecuali kalian telah memilih salah satu dari kalian menjadi khalifah” agaknya Ketika ‘Umar menunjuk ‘Abdurrahman sebagai pemimpin syuro’ itu adalah isyarat bahwa ia berharap ‘Abdurrahmanlah yang keluar menjadi khalifah, akan tetapi setelah mereka semua masuk, kemudian ‘Abdurrahman mengawali permbicaraan dan berkata “Amirul mukminin ‘Umar telah memilihku sebagai pemimpin musyawarah dan aku memerintahkan kepada kalian agar pilihlah salah satu dari kalian berlima menjadi penggantinya, karena aku telah mengundurkan diri dari pencalonan ini” lalu ‘Abdurrahman melanjutkan memberi instruksi sebagai moderator musyawarah “Cobalah kalian ingat kelebihan-kelebihan kalian dari Nabi Muhammad” maka seketika majelis itu menjadi ramai karena masing-masing dari mereka saling tunjuk-menunjuk, berharap jangan sampai dirinya menjadi pemimpin umat Islam. Dan akhirnya terusunglah dua nama diantara mereka ‘Utsman dan ‘Ali. Akan tetapi ‘Ali lebih memilih untuk mengalah dan mendahulukan ‘Utsman bin ‘Affan sebagai khalifah.
Keengganannya menjadi pemimpin bukan karena ia tidak mampu, ia hanya merasa sudah sangat banyak tanggungan yang harus ia pertanggung jawabkan di hadapan Rabbnya dari harta-hartanya yang melimpah ruah. Sehingga Ketika ‘Utsman menjabat menjadi khalifah selama 12 tahun, pada akhir-akhir masa kehilafahannya ‘Utsman berwasiat kepada sekretaris khususnya agar menjadikan ‘Abdurrahman bin ‘Auf khalifah penggantinya. Dan Ketika wasiat itu sampai kepada ‘Abdurrahman seakan-akan malapetaka besar sedang menantinya di depan mata, ia sangat tidak ingin Namanya terpilih sedangkan sahabat-sahabat yang lebih mulia darinya masih ada. Secepat angin dia pergi ke Masjid Nabawi lalu mengarahkan Langkah menuju maqbaratur Rasul dan berdiri diantara mimbar (Raoudhoh) dan kubur Rasulullah seraya berdo’a “Ya Allah, jika aku akan menjadi khalifah karena penunjukan ‘Utsman, maka tolong matikanlah aku sebelum itu”. maka tak berselang 6 bulan hingga nyawa ‘Abdurrahman meregang.
Pesan : (Amanah) ‘Abdurrahman bin ‘Auf sangat pantas untuk menjadi khalifah, hanya saja ia tidak mau. Tidak seperti orang-orang jaman sekarang yang tidak pantas memimpin akan tetapi saling sikut untuk mendapatkannya. ‘Abdurrahman yang tidak mau menjadi pemimpin itu karena pada zamannya para sahabat masih banyak dan ‘Abdurrahman melihat ada yang lebih pentas, tapi kalau zaman sekarang kalian ingin menjadi sepertinya, kalian harus lihat dulu Ketika kalian mampu dan tidak mau mencalonkan diri, apakah yang akan menjadi pemimpin adalah orang yang adil atau fasik? Kalau adil maka kau boleh mengundurkan diri, kalau fasik kalian wajid mencalonkan diri. Oleh sebab itu pantaskan diri kalian untuk mengemban amanah menjadi pemimpin umat.
9. Kedudukan ‘Abdurrahman Di Hati Rasul
Suatu ketika pernah terjadi perselisihan antara Khalid bin Walid dan ‘Abdurrahman bin ‘Auf. Sebenarnya itu bukanlah sebuah masalah yang serius dan juga Khalid tidaklah mengejek ‘Abdurrahman, hanya saja Khalid mengangkat suaranya atas masalah itu di hadapan ‘Abdurrahman bin ‘Auf. Rasulullah yang melihat itu, segera mendekati mereka berdua dan berbicara ke arah Khalid
"لا تسبُّوا أصحابي فإنَّ أحدكم لو أنفق مثل أحدٍ ذهباً لم يدرك مُدَّ أحدهم ولانصيفه"
“Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku, karena seusungguhnya kalian jika menginfakan emas segede gunung Uhud kalian tak akan mampu menyaingi pahala infak mereka yang satu genggam tangan bahkan setengahnya kalian tak sanggup”
Khalid dan ‘Abdurrahman keduanya memanglah sahabat Nabi, namun di sini Rasulullah menghususkan persahabatan antara ‘Abdurrahman dengan Baginda, karena ia adalah termasuk dari sahabat-sahabatnya yang telah lama menyokongnya semenjak dari awal-awal keislaman. Dan ini menunjukan bahwa kedudukan ‘Abdurrahman jauh lebih mulia dan dicinta oleh Allah dan Rasulnya dari pada Khalid.
Pesan : (Tazkiatun nafs) badan khalid memang kekar, ia kuat dan jagoan di medan perang. Akan tetapi sesuatu yang menjadi tolak ukur adalah keimanan. Iman ‘Abdurrahman jauh melampaui Khalid dan pengorbanan yang dilakukan ‘Abdurrahman jauh lebih banyak karena ia termasuk orang-orang yang pertaman dalam memeluk Islam. Maka gigihlah dalam meningkatkan iman, jangan bangga hanya dengan sekedar sudah sholat, puasa dll. Terus perbaiki keimanan dan ibadah kalian, tingkatkan lagi kekhusu’an sholat dan lebih diresapi ibadah-ibadah yang lain. Dan jadilah orang yang mulia dengan keimanan dan ketakwaannya.
10. Turun Ke Medan Dakwah
Bisa berinfak dengan hartanya yang berjibun banyak itu tak lantas membuatnya mencukupkan diri dari pahala-pahala yang lain. Ia masih terus haus dan selalu berburu pahala yang kiranya bisa ia dapatkan selain dari bersedekah. Seperti pahala berdakwah di jalan Allah. Pada saat itu Rasulullah memanggil ‘Abdurrahman dan berkata “Bersiaplah wahai ‘Abdurrahman, karena aku telah mengutusmu dalam sebuah pasukan ke Daumatul jandal”. Sesampainya di sana, ia tak serta-merta mengumumkan perang. Dan bukan saja ia menawarkan Islam kepada masyarakat yang nota bene beragama Nasrani, tapi ‘Abdurrahman terjun dan lebih memilih mendakwahkan Islam kepada mereka dan mengenalkan Islam kepada penduduk daerah itu. Dalam waktu 3 hari, ia berhasil mengislamkan kepala suku mereka yang dan segera menikahi anak perempuan dari kepala suku itu atas perintah dari Rasulullah. Dan benar setelah itu masyarakat Daumatul Jandal berbondong-bondong bersegera masuk Islam.
Pesan : (Tawadhu’) sedekah yang ‘Abdurrahman lakukan memang kalau dinilaikan dengan mata uang sekarang mungkin mencapai teriliunan, tapi itu tak mencukupkan diri dan merasa bahwa amalannya sudah banyak. Ia selalu merasakan bahwa apa yang ia lakukan belum diterima oleh Allah, sehingga ia terus menambah amalan dari segala sisi. Dan jangan pernah kalian bangga dengan amalan kalian itu lalu menganggap bahwa kalian adalah orang terbaik, karena itu adalah cara setan mengajak kalian hingga nanti kalian menjadi sombong dan tak mau menerima kebenaran seperti iblis.
Komentar
Posting Komentar